Pidato adalah penyampaian gagasan, pikiran atau informasi serta tujuan dari pembicara kepada orang lain(audience) dengan cara lisan. Pidato juga bisa diartikan sebagai the art of persuasion, yaitu sebagai seni membujuk/mempengaruhi. Berpidato ada hubungannya dengan retorika(rhetorica), yaitu seni menggunakan bahasa dengan efektif. Berpidato bukanlah suatu pekerjaan yang sederhana karena dalam berpidato menyangkut beberapa unsur penting seperti: pembicara, pendengar, tujuan dan isi pidato, persiapan, terknik dan etika dalam berpidato.
I. Tujuan Pidato
Diantara tujuan dari pidato, yaitu:
· informatif, bertujuan memberikan laporan/ pengetahuan atau sesuatu yang menarik untuk pendengar;
· persuasif and instruktif, berisi tentang usaha untuk mendorong, meyakinkan dan mengajak audience untuk melakukan sesuatu hal;
· edukatif, berupaya menekankan pada aspek-aspek pendidikan, misalnya tentang pentingnya hidup sehat, ber KB, hidup rukun antar umat bergama dan lain-lain;
· entertain, bertujuan memberikan penyegaran kepada audience yang sifatnya lebih santai.
II.Teknik Berpidato
Ada empat teknik berpidato yang umum, yaitu:
a) Metode Naskah, yaitu pidato yang digunakan untuk pidato resmi dan dibacakan secara langsung. Cara demikian dilakukan agar tidak terjadi kekeliruan, karena setiap kata yang diucapkan dalam situasi resmi, akan disebarluaskan dan dijadikan figur oleh masyarakat dan dikutuip oleh media massa;
b) Metode Menghafal, yaitu naskah yang telah dipersiapkan sebelumnya bukan untuk dibaca, melainkan untuk dihafal;
c) Metode Spontanitas, yaitu metode pidato yang tidak dilakukan persiapan/pembuatan naskah tertulis terlebih dahulu. Biasanya dilakukan hanya oleh orang-orang yang akan tampil secara mendadak;
d) Metode Penjabaran Kerangka. Teknik berpidato dengan menjabarkan materi pidato yang terpola secara lengkap adalah teknik yang sangat dianjurkan dalam berpidato. Maksud dari terpola yaitu materi yang akan disampaikan harus disiapkan garis-grais besar isinya dengan menuliskan hal-hal yang dianggap paling penting untuk disampaikan.
III. Materi Pidato
Biasanya materi pidato, baik yang menggunakan naskah maupun tanpa naskah memiliki empat bagian, yaitu
1. Pendahuluan, yang berfungsi untuk mengantar ke arah pokok persoalan yang akan dibahas dan sebagai upaya menyiapkan mental audience. Pada bagian ini yang terpenting kita berusaha membangkitkan dan mengarahkan perhatian audience pada pokok permasalahan yang akan dibicarakan;
2. Isi. Pada bagian ini pokok pembahasan ditampilkan dengan terlebih dahulu mengemukakan latar belakang permasalahannya. Pokok pembicaraan dikemukakan sedemikian rupa sehingga tampak jelas kaitannya dengan kepentingan para audience.
3. Pembahasan. Bagian inimerupakan kesatuan, yang berisi alasan-alasan yang mendukung hal-hal yang dikemukakan pada bagian isi. Pada bagian isi ini biasanya berisi berbagai hal tentang penjelasan, alasan-alasan, bukti-bukti yang mendukung, ilustrasi, angka-angka dan perbandingan, kontras-kontras, bagan-bagan, model, dan humor yang relevan;
4. Kesimpulan. Ini adalah bagian akhir dari sebuah pidato, yang merupakan kesimpulan dari keseluruhan uraian sebelumnya.
IV.Persiapan Sebelum Berpidato.
Ada beberapa persiapan yang harus dilakukan sebelum berpidato antara lain:
1. Menentukan Tujuan Pidato;
2. Memilih Pokok Persoalan;
3. Mengetahui dan Menganalisa audience dan suasananya;
4. Mengumpulkan materi pidato;
5. Menyusun Kerangka Materi Pidato;
6. Melakukan Latihan Pidato;
7. Menghilangkan Perasaan “Demam” Panggung yaitu dengan cara: memfokuskan pikiran pada diri sendiri, percaya diri(PD), menganggap audience tidak tahu tentang apa yang kita bicarakan, memperdalam materi dengan baik, mempersiapkan konsep pidato beberapa hari sebelumnya, membaca berulang-ulang materi pidato, mempersiapkan diri beberapa jam sebelum tampil dan jangan tergesa-gesa, serta istirahat yang cukup. Terakhir sudah tentu adalah dengan berdoa.
V. Saat Berpidato
1. Pembukaan. Pembukaan pidato merupakan bagian penting dan meainkan peranan bagi pembicara, karena bagian ini dapat memeberikan kesan pertama bagi para audience.. Ada beberapa cara yang dapat digunakan seorang pembicara untuk membuka pidatonya:
a) dengan memperkenalkan diri; atau
b) Membuka pidato dengan humor; atau
c) membuka pidato dengan pendahuluan secara umum.
2. Inti Pidato. Setelah selesai melakukan pembukaan dengan salah satu cara di atas, maka langsung dilanjutkan dengan menyajikan pokok permasalahannya.
3. Penutup Pidato bisa dilakukan dengan:
a) Membuat rangkuman atau simpulan; atau
b) menyatakan kembali prinsip-prinsip yang terkandung dalam pidato; atau
c) menceritakan cerita singkat yang menarik; atau
d) mengutip kata-kata mutiara, ungkapan, atau beberapa bait pantun; atau
e) mengajak atau menghimbau dan mengemukakan sebuah pujian buat para pendengar
VI.Etika Dalam Berpidato
1. Etika berpidato di depan umum meliputi:
a) Mengenakan pakaian yang sesuai dengan suasana pertemuan, rapi, bersih dan sopan;
b) Tampil dengan bersahaja, sopan dan rendah hati;
c) Menyisipkan beberapa humor segar dalam pidato;
d) Gunakan kata-kata yang sopan, halus, dan sederhana;
e) Sebagai kata penutup jangan lupa mengucapkan maaf bila terdapat tutur kata yang kurang berkenan dan lain-lain.
2. Etika berpidato di depan pejabat:
a) Menghilangkan rasa rendah diri;
b) Jangan tampil seolah-olah menggurui, sikap lebih tahu dan lain-lain;
c) Jangan terlalu memberikan penghormatan yang berlebihan pada audience.
3. Berpidato di depan Pemuka Agama:
a) Jangan mengeluarkan kata-kata yang bisa menyinggung umat beragama;
b) Jangan ada nada merendahkan atau memuji agama tertentu;
c) Perbanyak istilah-istilah keagamaan
4. Etika Berpidato di depan para wanita. Bila pembicara seorang laki-laki, hati-hati jangan sampai menyinggung harkat dan martabat wanita; menggunakan istilah-istilah yang tepat seperti ibu-ibu atau saudari sekalian; hindari kata-kata kasar, kurang senonoh dan kurang sopan;
5. Etika Berpidato di depan Pemuda/Mahasiswa. Pidato harus mengutamakan penalaran yang berikaitan dengan dunia anak-anak muda; Jangan mengeluarkan kata-kata yang bersifat menentang; Jangan mengkritik dan menyalahkan anak-anak muda
6. Etika Berpidato di depan masyarakat Desa. Jangan berbohong; Gunakan kata-kata yang sopan dan sederhana, kapan perlu sisipkan beberapa istilah dalam bahasa stempat.
VII.Beberapa hal penting berkaitan dengan berpidato
Yang perlu mendapat perhatian adalah:
· Posisi Berbicara. Seorang pembicara harus sedapat mungkin dilihat oleh semua audience. Kalau boleh tidak duduk, usahakan untuk berdiri, agar semua audience dapat menatap wajah dan penampilan pembicara;
· Mengatur Suara Dalam Berpidato. Usahakan mengeluarkan suara dengan jelas, tegas, dan nyaring dan sesuaikan dengan ruang pertemuan, apakah ruang kecil atau ruang aula yang luas dan besar;
· Volume, Intonasi dan Pelafalan. Pada saat berpidato, usaha mengatur: volume suara, intonasi, dan pelafalan;
· Sisipkan humor yang sopan, segar dan relevan;
· Gerak Tubuh, seperti tangan, telapak tangan, jari, kepala, raut muka, dan lain-lain juga mendukung daya tarik dalam berpidato, namun jangan terlalu berlebihan, dan harus sesuai dengan apa yang sedang dibacarakan;
· Penggunaan mikropon. Bila ada mikropon, gunakanlah dengan sebaik-baiknya, dan jangan menempel di mulut, namun agak jauh dari mulut pada saat berbicara agar suaranya bagus; dan
· Bila ada slide( berupa OHP dan LCD), alat peraga, papan tulis, sangat efektif untuk menunjang kegiatan saat berpidato.
VIII. Penutup
Pada saat kita membaca sebuah buku atau mendengar ceramah tentang teknik berpidato, tampaknya sangat sederhana. Akan tetapi pada saat kita ingin mempraktekkannya, kita akan menemui berbagai kendala. Diantaranya kurang menguasai materi, kurang menguasai massa, tidak terbiasa berdiri di depan orang banyak, bagaimana mengatur sistematika pembicaraan, mengatur suara, dan lain-lain. Semua syarat ini akan membuat suasana menjadi rumit. Yang paling penting kita belajar dari sausana yang sederhana dan kecil. Setiap ada orang berpidato, baik sebagai pemakalah maupun menyampaikan kata sambutan, sebaiknya kita perhatikan dan mencoba menilai kelebihan dan kelemahannya. Kelebihannya kita ambil sebagai contoh, sedangkan kelemahannya kita abaikan.
Sumber : http://agnessekar.wordpress.com